Saya jadi tertarik menulis beberapa kejadian-kejadian yang
saya alami beberapa bulan lalu setelah membaca tulisan tina, kejadiannya hamper
sama, hanya beda actor saja.
Sebuah kejadian yang menyisakan pertanyaan-pertanyaan
keraguan dan acapkali menyalahkan diri sendiri karena dianggap telah berburuk
sangka. Tapi disisilain ini bukanlah sekadar kejadian biasa melainkan seperti
fenomena yang mungkin saja di daerah lain tidak ada, hanya ada di Ibu kota.
Sebelum saya melanjutkan menulis, ada baiknya saya meminta
maaf terlebih dahulu, saya bukan bermaksud menjelekkan, menghina, ataupun menuduh,
saya hanya sebatas ingin bercerita, tidak ada maksud lain, toh secara sadar
saya sebenarnya masih iba dan mendoakan kebaikan kepada para pelaku pencari
nafkah semacam ini.
Seperti Judul diatas, para peminta-minta super canggih. Saya
sudah tiga kali bertemu dengan mereka, dan kebetulan pelakunya adalah seorang
wanita semua. Saya anggap mereka bukan
para peminta-minta yang biasanya kita kenal, berpakaian compang-camping, lusuh,
serta (maaf) ada luka-luka kering pada tubuh mereka. Mereka lebih rapih dalam
berpenampilan, bahkan ada yang berdandan semenarik mungkin bak ibu-ibu yang
ingin bebepergian.
Kejadian pertama kalau tidak salah pertengahan 2013, saat itu
siang hari, saya sehabis dari potong rambut, tiba-tiba ada ibu dan seorang gadis
(lumayan cantik) memberhentikan motor saya, lalu ia bertanya kepada saya
perihal suku (saya pun gak ngerti dengan maksud mereka ini) kemudian saya jawab, dari jawa. Saya
kira setelah saya jawab ibu ini akan langsung menawarkan anak gadisnya kepada saya,
ternyata tidak. Ia justru bercerita tentang keadaan ia dan gadisnya ini, mereka
kehabisan uang untuk pulang sedangkan perjalanan masih jauh, ia menceritakan
biaya angkot dari A ke B dan B ke C, dengan muka memelas ia meminta uang kepada
saya dengan jelas menyebutkan nominal. Saya pun tak menaruh curiga, karena dari
awal ia seperti benar-benar kehabisan uang.
Saya pun kemudian memberikan sejumlah uang yang ia minta. Saya
juga berharap mudah-mudahan ia dan anak gadisnya bisa sampai dirumah dengan
selamat.
Beberapa bulan kemudian kalau tidak salah awal tahun 2014,
saya bertemu seorang wanita tidak jauh dari tempat saya menge-kost, kalau saya
taksir umurnya kurang lebih antara 30 – 40 tahun, berpenampilan rapi layaknya wanita
yang ingin bepergian. Ibu ini men-stop motor saya (sama seperti kejadian
pertama), bedanya ia langsung "curhat" perihal kehabisan uang untuk pulang ke
rumah. Persis seperti kejadian pertama. Ia menceritakan biaya angkot A ke B, B
ke C, dan meminta sejumlah uang sesuai biaya angkot yang ia ceritakan.
Dari sini saya mulai menaruh curiga. Saya berfikir praktek semacam
ini seperti modus meminta-meminta ala modern, terkonsep dan canggih. tapi…..
lagi-lagi saya tak kuasa untuk tidak memberikan uang kepada ibu ini. Akhirnya saya
memberikan uang, tapi nominalnya tidak seperti yang ia inginkan. Saya hanya member
beberapa ribu saja, dan spontan ia menaikkan nada biacaranya, "segini ya kurang
mas!". What…..?! dalam hati aku bicara, "emang aku ini buapakmu po!". Walaupun saya
agak kaget dengan kelakuan ibu ini, saya tetap santun menanggapinya, saya
bilang memang adanya uang segini tidak bisa member yang lebih. Setelah saya
jelaskan ia langsung pergi dan entah kenapa mukanya tidak enak dilihat, semacam
dilipat-lipat.
Setelah kejadian kedua ini, lalu saya berfikir dan merenungkannya,
ada yang sama dengan modus para pencari nafkah ini. Seperti sudah terkonsep
dengan baik, rapih dan canggih. tapi disisi lain saya justru merasa bersalah,
jangan-jangan mereka benar-benar kehabisan uang dan mereka dicariin sanak
saudara karena tak pulang-pulang dimana sayalah biang keladinya (karena saya
tidak memberi bantuan). Semua jadi serba salah.
Masih ada cerita semacam ini. Yakni untuk ketiga kalinya. Waktu
dan tempat kejadian saya masih hafal, yakni pagi hari di dalam Kopaja P20 AC
jurusan Pasar Senen – Lebak bulus. Saya kebetulan baru saja pulang dari kampung
turun di senen saat itu.
Sama seperti kejadian pertama dan kedua, ibu ini rapih bajunya
pakek berdandan segala, tapi dari segi umur ia lebih tua dari actor sebelumnya,
kurang lebih antara 50 – 60 tahun. Agak berbeda memang cara ia meminta, ia
pandai memainkan gerak tubuh dan berekspresi
muka penuh senyum tapi memelas, interaktif dan komunikatif, tapi modusnya sama –
kehabisan uang.
Karena kelihaian ia berkomunikasi, tak sungkan-sungkan -
semua penumpang ia “lobi” kecuali supir dan kondektur. Satu dua orang kena daya
pikatnya, memang yang ia minta tidak banyak hanya seribu sampai tiga ribu saja,
tapi cara ia me-lobi penumpang-penumpang terbilang canggih.
Di kejadian ketiga kalinya ini saya sengaja tidak member uang
kepada ibu ini. Bukan saya pelit atau apalah itu namanya, tapi sungguh setelah
beberapa kejadian yang saya alami dan beberapa kerabat saya yang mengalami hal
yang sama, saya memutuskan untuk mendoakan kebaikannya saja.
Saya hanya berserah diri, jika memang kelakuan saya ini
dianggap oleh Sang Maha Pencipta dan Pemberi Rizki tidak baik, saya hanya bisa
memohon ampunan dan kewelas asihan Nya, bahwa siapalah saya ini, tidak ada daya
untuk melihat sisi kebenaran dan kesalahan hakiki dalam diri sendiri maupun
orang lain. Wallahu a’lam..
kURANG menarik tom.. ora ada gambar'y #TepokJidat
BalasHapuspakek gambarnya kamu aja ya, bar? soalnya gambar si ibu2nya gak ada.. :)))
HapusSudah lama yang modus nya seperti ini mas,
BalasHapus20 tahun yg lalu saya sering bertemu dengan modus seperti ini waktu sedang nunggu angkot atau jalan kaki, Mereka bisa bercerita sambil nangis nangis
kira kira 1 tahun yg lalu saya juga berjumpa dengan modus yang mirip waktu lagi duduk nunggu istri belanja di Mall sekitar mangga 2, yg melakukannya pemuda umur 20-an ngaku lagi nyari kerja dan kecopetan, sedang rumahnya jauh di kerawang....:)
oh ternyata sudah lama ya. bener-bener... bikin gregetan.
Hapusmakasih mas sudah share pengalamannya :)
sama donk kejadianya seperti saya dulu
BalasHapuswah, dimana itu mas soni? :)
Hapussaya juga pernah ngalamin seperti ini di pom bensin deket TMII
BalasHapusjangan-jangan ada pemberdayaan manusia-manusia seperti ini... hemm.
Hapustengkiyu share pengalamannya mas :)
Thank you info nya mas tom... sangat bermanfaat.. (y)
BalasHapusBelum lagi yang bermotif meminta-minta sumbangan untuk masjid. Minta di Jakarta. (Konon) masjidnya di Mataram NTB. :)
BalasHapusTeko wei duwit njur anakke genten dipek. Lumaya ayu to, huehue
BalasHapussaya juga pernah ngalami mas di bandung. aktornya bapak-bapak. modusnya sama ga punya duit buat pulang. hadeeeeh..
BalasHapusternyata modusnya semakin berkembang ya... terima kasih....
BalasHapusSaya juga pernah dua kali mengalami kejadian itu.
BalasHapusPas yg ke3 saya gak ngasih. Tapi setelahnya ada perasaan menyesal karena siapa tau orang itu memang benar2 butuh.
Semua itu bener pengemis mas, udah banyak kejadian seperti itu.
BalasHapus