Selasa, 16 September 2014

Filled Under:

Para Peminta-minta Super Canggih

20.18

Saya jadi tertarik menulis beberapa kejadian-kejadian yang saya alami beberapa bulan lalu setelah membaca tulisan tina, kejadiannya hamper sama, hanya beda actor saja.

Sebuah kejadian yang menyisakan pertanyaan-pertanyaan keraguan dan acapkali menyalahkan diri sendiri karena dianggap telah berburuk sangka. Tapi disisilain ini bukanlah sekadar kejadian biasa melainkan seperti fenomena yang mungkin saja di daerah lain tidak ada, hanya ada di Ibu kota.

Sebelum saya melanjutkan menulis, ada baiknya saya meminta maaf terlebih dahulu, saya bukan bermaksud menjelekkan, menghina, ataupun menuduh, saya hanya sebatas ingin bercerita, tidak ada maksud lain, toh secara sadar saya sebenarnya masih iba dan mendoakan kebaikan kepada para pelaku pencari nafkah semacam ini.

Seperti Judul diatas, para peminta-minta super canggih. Saya sudah tiga kali bertemu dengan mereka, dan kebetulan pelakunya adalah seorang wanita semua.  Saya anggap mereka bukan para peminta-minta yang biasanya kita kenal, berpakaian compang-camping, lusuh, serta (maaf) ada luka-luka kering pada tubuh mereka. Mereka lebih rapih dalam berpenampilan, bahkan ada yang berdandan semenarik mungkin bak ibu-ibu yang ingin bebepergian.

Kejadian pertama kalau tidak salah pertengahan 2013, saat itu siang hari, saya sehabis dari potong rambut, tiba-tiba ada ibu dan seorang gadis (lumayan cantik) memberhentikan motor saya, lalu ia bertanya kepada saya perihal suku (saya pun gak ngerti dengan maksud mereka ini) kemudian saya jawab, dari jawa. Saya kira setelah saya jawab ibu ini akan langsung menawarkan anak gadisnya kepada saya, ternyata tidak. Ia justru bercerita tentang keadaan ia dan gadisnya ini, mereka kehabisan uang untuk pulang sedangkan perjalanan masih jauh, ia menceritakan biaya angkot dari A ke B dan B ke C, dengan muka memelas ia meminta uang kepada saya dengan jelas menyebutkan nominal. Saya pun tak menaruh curiga, karena dari awal ia seperti benar-benar kehabisan uang.

Saya pun kemudian memberikan sejumlah uang yang ia minta. Saya juga berharap mudah-mudahan ia dan anak gadisnya bisa sampai dirumah dengan selamat.

Beberapa bulan kemudian kalau tidak salah awal tahun 2014, saya bertemu seorang wanita tidak jauh dari tempat saya menge-kost, kalau saya taksir umurnya kurang lebih antara 30 – 40 tahun, berpenampilan rapi layaknya wanita yang ingin bepergian. Ibu ini men-stop motor saya (sama seperti kejadian pertama), bedanya ia langsung "curhat" perihal kehabisan uang untuk pulang ke rumah. Persis seperti kejadian pertama. Ia menceritakan biaya angkot A ke B, B ke C, dan meminta sejumlah uang sesuai biaya angkot yang ia ceritakan.

Dari sini saya mulai menaruh curiga. Saya berfikir praktek semacam ini seperti modus meminta-meminta ala modern, terkonsep dan canggih. tapi….. lagi-lagi saya tak kuasa untuk tidak memberikan uang kepada ibu ini. Akhirnya saya memberikan uang, tapi nominalnya tidak seperti yang ia inginkan. Saya hanya member beberapa ribu saja, dan spontan ia menaikkan nada biacaranya, "segini ya kurang mas!". What…..?! dalam hati aku bicara, "emang aku ini buapakmu po!". Walaupun saya agak kaget dengan kelakuan ibu ini, saya tetap santun menanggapinya, saya bilang memang adanya uang segini tidak bisa member yang lebih. Setelah saya jelaskan ia langsung pergi dan entah kenapa mukanya tidak enak dilihat, semacam dilipat-lipat.

Setelah kejadian kedua ini, lalu saya berfikir dan merenungkannya, ada yang sama dengan modus para pencari nafkah ini. Seperti sudah terkonsep dengan baik, rapih dan canggih. tapi disisi lain saya justru merasa bersalah, jangan-jangan mereka benar-benar kehabisan uang dan mereka dicariin sanak saudara karena tak pulang-pulang dimana sayalah biang keladinya (karena saya tidak memberi bantuan). Semua jadi serba salah.

Masih ada cerita semacam ini. Yakni untuk ketiga kalinya. Waktu dan tempat kejadian saya masih hafal, yakni pagi hari di dalam Kopaja P20 AC jurusan Pasar Senen – Lebak bulus. Saya kebetulan baru saja pulang dari kampung turun di senen saat itu.

Sama seperti kejadian pertama dan kedua, ibu ini rapih bajunya pakek berdandan segala, tapi dari segi umur ia lebih tua dari actor sebelumnya, kurang lebih antara 50 – 60 tahun. Agak berbeda memang cara ia meminta, ia pandai memainkan gerak tubuh dan berekspresi muka penuh senyum tapi memelas, interaktif dan komunikatif, tapi modusnya sama – kehabisan uang.

Karena kelihaian ia berkomunikasi, tak sungkan-sungkan - semua penumpang ia “lobi” kecuali supir dan kondektur. Satu dua orang kena daya pikatnya, memang yang ia minta tidak banyak hanya seribu sampai tiga ribu saja, tapi cara ia me-lobi penumpang-penumpang terbilang canggih.

Di kejadian ketiga kalinya ini saya sengaja tidak member uang kepada ibu ini. Bukan saya pelit atau apalah itu namanya, tapi sungguh setelah beberapa kejadian yang saya alami dan beberapa kerabat saya yang mengalami hal yang sama, saya memutuskan untuk mendoakan kebaikannya saja.

Saya hanya berserah diri, jika memang kelakuan saya ini dianggap oleh Sang Maha Pencipta dan Pemberi Rizki tidak baik, saya hanya bisa memohon ampunan dan kewelas asihan Nya, bahwa siapalah saya ini, tidak ada daya untuk melihat sisi kebenaran dan kesalahan hakiki dalam diri sendiri maupun orang lain. Wallahu a’lam..

15 komentar:

  1. kURANG menarik tom.. ora ada gambar'y #TepokJidat

    BalasHapus
    Balasan
    1. pakek gambarnya kamu aja ya, bar? soalnya gambar si ibu2nya gak ada.. :)))

      Hapus
  2. Sudah lama yang modus nya seperti ini mas,
    20 tahun yg lalu saya sering bertemu dengan modus seperti ini waktu sedang nunggu angkot atau jalan kaki, Mereka bisa bercerita sambil nangis nangis
    kira kira 1 tahun yg lalu saya juga berjumpa dengan modus yang mirip waktu lagi duduk nunggu istri belanja di Mall sekitar mangga 2, yg melakukannya pemuda umur 20-an ngaku lagi nyari kerja dan kecopetan, sedang rumahnya jauh di kerawang....:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh ternyata sudah lama ya. bener-bener... bikin gregetan.

      makasih mas sudah share pengalamannya :)

      Hapus
  3. sama donk kejadianya seperti saya dulu

    BalasHapus
  4. saya juga pernah ngalamin seperti ini di pom bensin deket TMII

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan-jangan ada pemberdayaan manusia-manusia seperti ini... hemm.
      tengkiyu share pengalamannya mas :)

      Hapus
  5. Thank you info nya mas tom... sangat bermanfaat.. (y)

    BalasHapus
  6. Belum lagi yang bermotif meminta-minta sumbangan untuk masjid. Minta di Jakarta. (Konon) masjidnya di Mataram NTB. :)

    BalasHapus
  7. Teko wei duwit njur anakke genten dipek. Lumaya ayu to, huehue

    BalasHapus
  8. saya juga pernah ngalami mas di bandung. aktornya bapak-bapak. modusnya sama ga punya duit buat pulang. hadeeeeh..

    BalasHapus
  9. ternyata modusnya semakin berkembang ya... terima kasih....

    BalasHapus
  10. Saya juga pernah dua kali mengalami kejadian itu.
    Pas yg ke3 saya gak ngasih. Tapi setelahnya ada perasaan menyesal karena siapa tau orang itu memang benar2 butuh.

    BalasHapus
  11. Semua itu bener pengemis mas, udah banyak kejadian seperti itu.

    BalasHapus