Jumat, 05 September 2014

Filled Under:

Korelasi Kopi Hitam, Jagung Bakar dan Tela

23.11

Jangan fokus ke judulnya, karena diakhir tulisan tak ada jawaban dimana letak korelasinya. saya cuma pengen cerita liburan lebaran kemarin aja..

Mengamati hal-hal kecil kemudian dipahami dan dirasakan adalah cara saya untuk menikmati proses hidup ini. Dimana saya berpijak disitu ada tanah yang akan menceritakan pengalaman yang berbeda-beda. sekalipun itu tanah kelahiran saya, tanah subur, tanah yang apabila digali tak akan ada habisnya cerita-cerita yang bermunculan sekalipun saya menginjakkan kaki bertahun-tahun.

Seperti lebaran tahun 2014 ini. Saya menghabiskan banyak waktu untuk menikmati tanah kelahiran. Maklum, setahun sekali pulang kampung. Jadi, sengaja dari awal saya mudik sudah merencanakan banyak hal - apa yang akan saya lakukan di kampung halaman. 

Salahsatunya. Menikmati jagung bakar dan segelas kopi hitam saat tengah malam di padang sawah.


Ya. Bagi saya ini bukanlah kegiatan yang kurang kerjaan, main kesawah tengah malam lalu bakar jagung disana. Awalnya saya agak ngeri, tengah malam adalah waktu dimana binatang buas berkeliaran mencari makan, ular-ular berbisa misalnya. Jujur, saya paling "gilo" dengan ular. Tapi ketakutan ini lah sensasinya, hal-hal yang ditakuti justru membuat saya semakin berani berjalan cepat menyusuri "galengan", membelah angin sepoi malam ditengah sawah.

Kembali ke bakar jagung dan kopi hitam.

Ditengah sawah bukan berarti bakar jagungnya di galengan, tapi disana ada sebuah kandang bebek potong. Kandang bebek yang baru berumur beberapa bulan ini adalah milik kakak kandung saya, sudah hamper satu tahun ini dia sedang menggeluti usaha ternak bebek potong. Kandang yang berukuran 9 x 6 meter ini masih menyisakan lahan yang luas, 3 meter dari pintu kandang untuk pelataran, ya cukuplah buat tempat bakar-bakar jagung dan sisanya oleh kakak saya ditanami pohon cabai dan jagung.

Saat ditengah sawah itu saya merasakan ketenangan sebuah kampung halaman. Asri, dingin, dan sunyi kecuali kodok-kodok yang sedang bernyanyi.

Semakin malam, semakin dingin. Kata kakak saya, gak afdol kalau malam-malam gini gak bakar jagung. Ya, tanpa komando saya dan beberapa saudara saya langsung memetik jagung muda disekitaran kandang. Kemudian kami membuat bara api dan ojo kesuwen; bakar jagungnya!
Jagungnya ketutupan api. liat orangnya aja.
Kopi hitam, jagung bakar dan api unggun merupakan perpaduan yang pass, apalagi sambil menunggu jagungnya matang kami diskusi-diskusi kecil tentang prospek usaha ternak bebek potong khususnya wilayah magelang. Gak ada waktu yang sia-sia, saya menikmatinya.

Mungkin karena lapar. Saya sampai habis dua jagung dan sepotong singkong (telo jendral) bakar. Kalau ditempat saya, singkong bakar ini cocoknya memang sama kopi item. Apalagi singkongnya agak gosong-gosong pahit - rasanya jadi gimanaaa gitu. Haha.

Keseruan malam yang menyenangkan di tengah sawah, akhirnya harus diakhiri, karena jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 2 malam. Saat itu masih bulan puasa, jadi waktunya kami pulang dan makan nasi untuk menjalankan ibadah sahur.

Terkadang hal-hal yang sederhana akan sangat berkesan dan membekas kalau cara pandang kita jauh lebih sederhana.

Ketela dan Kopi.
Ya beginilah...

kosakata: 
gilo = trauma, takut
gelengan = pematang sawah

1 komentar: