Selasa, 23 Desember 2014

Film Sandiwara Sri Ngilang Ala Mahasiswa Australian National University

14.09


Sebenarnya fenomena orang bule bisa berbahasa jawa tidaklah asing di mata orang jawa, siapa yang tidak kenal wajah George Quinn seorang dosen pengampu bahasa jawa di Australian National University atau Sinden Hiromi Kano yang dikenal kefasihan lidahnya saat me-nyinden. Atau kalau kita pernah bertemu dengan bule-bule asal suriname, mereka bisa berbahasa jawa karena sejarah peradaban menyatakan sebagian masyarakat dari Negara itu  adalah pendatang dari jawa (sengaja di bawa kesana).

Pertama kali nonton video ini saya langsung berfikir, orang jawa itu every where tapi tidak semuanya bisa berbahasa jawa baik. Kenapa saya langsung bilang seperti itu, karena sering saya menemui anak-anak muda asli jawa maupun keturunan (terutamanya saat saya coba berdialog krama alus ) mereka enggan berbahasa ‘alus’ saat berdialog, mereka lebih memilih menggunakan bahasa sehari-hari (yang  cenderung ada kasarnya) bahkan ada yang menggunakan bahasa ‘elu gue’. 

Belajar bahasa jawa pada level tinggi seperti bahasa krama alus, atau krama inggil, sekar semawur, atau yang lebih high level bahasa orang-orang keraton, tidaklah mudah, butuh pembelajaran dengan tekun dan sabar.

Saya sendiri untuk berbahasa krama inggil masih clegak-cleguk, terus terang, untuk memahami bahasa level sekar semawur aja saya masih kurang pemahaman kosa kata, sekar semawur itu bahasa yang dipakai saat ada acara adat jawa seperti pernikahan dan lain sebagainya. Biasanya yang bisa memahami orang-orang yang seangkatan bapak saya atau para pranata adicara (MC) atau seniman jawa yang mendalami dialeg jawa.

Jangankan bahasa jawa, menulis bahasa jawa kuno seperti  ha na cha ra ka saya yakin anak-anak muda jawa sekarang jarang ada yang bisa, termasuk saya, hehe. Bisa sih, tapi kurang sempurna. Ngomong-ngomong soal penulisan ha na cha ra ka, saking sukanya dulu dengan pelajaran ini, sampai-sampai jaman SMA, surat-suratan dengan mantan menggunakan bahasa ha na ca ra ka walikan yang biasa di sebut basa walikan. Basa walikan adalah dengan membalikkan deret kosa kata ha na ca ra ka dst, yakni ketika akan menulis kosa kata pada deret 1 maka dibalik menggunakan deret 3, dan deret 2 dibalik menggunakan deret 4, sebaliknya begitu.  Kalau ada yang  tahu arti “dagadu” berarti tahu asal muasal kosa kata yang merangkainya. 

Oke, kembali lagi ke Sri Ngilang.

Film sandiwara ini adalah hasil karya mahasiswa-mahasiswa Australian National University (ANU), penulis naskahnya adalah pengampu semester 2 ANU, George Quinn.  Film sandiwara ini menceritakan tentang Sri yang menghilang dari Rumah sakit, menghilangnya karena kabur dengan seorang dokter bernama Gunawan, mereka pergi ke magelang, informasi ini diperoleh dari teman-temannya yang bertamu ke rumah pak sardi yang kebetulan disana ada bu probo yang sedang bertamu.

Suasana semakin ramai karena usut punya usut ternyata Sri adalah anak kandung dari Ibu Probo (Evangeline Hall) dan Gunawan adalah anak kandung dari Bapak Sardi (George Quinn). Kenyataan ini membuat bu probo dan pak sardi sempat cekcok, karena mereka saling menyalahkan atas tragedi minggatnya Sri dari rumah sakit.

Keramaian semakin menjadi-jadi ketika ada seorang polisi datang, polisi ini sedang mencari seorang bernama suparto yakni salah satu dari teman-temannya Sri, yang diduga sebagai pengguna narkoba. Kasus ini pun sempat masuk televise local dan ramai diperbincangkan.

Dibawah ini ini adalah deskripsi dan tujuan film "Sri Ngilang"

"Sri Ngilang" is a language learning exercise for foreign students of elementary Javanese. By performing the play students visualise and practise the complex respect levels of everyday Javanese and learn a little of Java’s music culture and melodramatic theatre. Javanese is one of 14 Asian languages offered at the Australian National University. Find out more here: chl.anu.edu.au/languages/courses

Sandiwara Sri Ngilang kadhapuk mligi kanggo para mahasiswa manca sing sinau lelandhesaning Basa Jawa. Kanthi nggelar Sri Ngilang para mahasiswa luwih mangerti pangetrapaning unggah-ungguh ing pasrawungan sadina-dina, sarta entuk kawruh sapala bab kagunan Jawa ing babagan lagu populer lan seni pentas melodramatik.

Basa Jawa salah siji saka 14 basa Asia sing bisa disinaoni ana ing Australian National University, pirsanana

Dalam film sandiwara ini memang belum ada endingnya. Karena di akhir film tertulis ana chandake atau to be continue… 

Saya sangat mengapresiasi film sandiwara ini, karena bangga bahasa jawa menjadi salah satu mata kuliah di ANU, tapi ada yang lebih membanggakan, yakni spirit mahasiswa-mahasiswanya ingin mempelajari krawuh basa jawi dengan tekun dan sabar, spirit mahasiswa-mahasiswanya yang mencoba me-logat-kan bahasa jawa sama persis dengan logat jawa asli (walaupun baru pak sardi yang baru kelihatan medok jawanya).

Dan satu hal lagi, semoga spirit mereka mampu menyadarkan anak-anak muda jawa agar tidak enggan dan tidak malu berdialog menggunakan bahasa jawa karma alus atau inggil. Karena dengan mempelajari dan menggunakan basa karma inggil kita jadi tahu kepada siapa kita harus berbicara sopan dan santun. 

Buat pak George Quinn dan teman-teman mahasiswanya, kulo tenggo chandakanipun film'e... lan nek saget shootingipun wonten jogja lan magelang kedahipun film e saget sahe sanget hehe


0 komentar:

Posting Komentar