Kamis, 27 Maret 2014

Filled Under:

#TripcinTA : Proposal Skripsi

12.58

Ini soal #tripcinTA. Perjalanan tugas akhir saya. Baru akan mengajukan proposal berbagai pikiran yang menciutkan nyali sudah datang bertubi-tubi..

Saya yakin sebagian besar, bukan kecil, mahasiswa TI nol besar kalau disuruh buat aplikasi desktop. Termasuk saya. Kalau saya sih lebih ke kurang mampunya membuat manejemen database y ang efisien, kalau-kalau ditanya seberapa efisienkah aplikasi buatan anda? Terpaksa saya diam.

Alternatif lain adalah melakukan Research menggunakan metode atau algoritma-algoritma artificial intelegent, seperti Fuzzy logic dan turunannya, system pakar, Fuzzy multiple attribute decicion making, sampai ke jaringan sarat tiruan (neuron networks) seperti Backpropagation, perceptron, etc.

Sejak mata kuliah metode penelitian di semester 6, saat itu di ampu oleh dosen favorite saya Bapak Teguh saya sudah didoktrin dan di”kiblat”kan ke model penelitan ala Bapak Romi satriawahono. Model research beliau sudah diakui kehandalan untuk memajukan perkembangan dunia teknologi.

Bapak Romi ini banyak memberikan pencerahan mengenai bagaimana menyusun sebuah penelitian yang bisa diakui dunia, tulisan beliau banyak, mulai dari tidak boleh asbak (asal jeplak) dalam menulis pendapat maupun pernyataan sampai meluruskan model-model penelitian jadul baik dalam skripsi, tesis sampai desertasi yang kebanyakan tidak berstandar internasional. Teori beliau yang paling popular sebagai pedoman dalam penulisan penelitian adalah OMKKMASASOLTU.

Saya sendiri suka dengan kiblat research beliau. Dan Alhamdulillah proposal ta saya 90% hamper memenuhi OMKKMASASOLTU. Dan tanggal 29 maret besok adalah deadline proposal saya, dan harus segera didaftarkan untuk selanjutnya mendapat jadwal sidang proposal.

Tapi.

Beberapa hari terakhir saya banyak masukan-masukan tentang ta di kampus saya yang harus begini-begini dan begitu-begitu.

Saya tidak mengeluh dengan semua model ta yang ada. Noted. Saya tidak bilang peraturan ta melainkan model ta. Peraturan ta ada pada program studi. Kalau model ta ada pada dosbim dan dosen penguji. Bahkan mereka bisa berbeda ideology,soal syarat kelulusan siding ta.  

Saya juga tidak bermaksud membanding-bandingkan dengan kampus lain, seperti UI, ITS maupun STT Telkom Bandung yang nota bene adalh kampus spesialis artificial intelegent juga. Di STT Telkom, ada dua teman sekantor saya yang lulusan sana. Dan saya tahu betul model ta disana karena ya dua teman saya tadi itu.

Untuk taraf lulusan S1 diperbolehkan menggunakan jenis penetilian ‘penerapan’. Yakni menerapkan sebuah metode algoritma kedalam sebuah studi kasus (object) dan diperbolehkan melakukan penelitian model S2 (tesis) itupun kalau mau dan ada, tapi kebanyakan jarang dan belum mampu.

Sedangkan untuk taraf S2 tidak diperbolehkan menggunakan model penelitian ‘penerapan’ melainkan harus model penelitian ‘perbaikan metode’ model perbaikan metode lebih jelasnya dilihat di website Pak Romi (disini dan disana). Perbaikan metode itu bukan meneliti studi kasusnya (object) melainkan meneliti metode/algortimanya. Dan model perbaikan metode itu banyak. Mulai dari menambah variable-variable pada penelitian sebelumnya sampai melakukan optimasi metode pada penelitian sebelumnya. Missal contohnya, “Optimasi metode ABC pada bank XYZ menggunakan algoritma CBA”. Jadi bank XYZ (object) itu bukan untuk diteliti, melainkan sebagai tempat penelitian saja, yang diteliti itu adalah metode ABC (algoritma juga) yang di optimasi menggunakan algoritma CBA agar hasil penelitian lebih akurat. Mantab kan? Yaiyalah… itu taraf tesis. S2!

Dalam proposal saya, saya bermaksud melakukan sebuah penelitian model ‘penerapan’ jaringan saraf tiruan menggunakan backpropagation pada sebuah bank milik Negara dan implementasi sistemnya menggunakan matlab. Seya melakukan analisis penerapan algoritmanya yang gak jauh beda dan bahkan sama dengan model ta-ta di ui, its, stt telkom bandung, dll (maksudnya bukan plagiat skripsi yes. tapi model ta). 99% saya sudah mantab dan insyaallah bisa selesai disemester ini. Tapi. Seperti yang saya bilang diatas, akhir-akhir ini banyak masukan “model-model ta” yang harus begini-begini dan begitu-begitu masuk ditelinga saya dan teman-teman seperjuangan #tripcinta yang membuat down.

Pertama. Gak boleh pakai matlab. Kalau mau pakai tetap harus bikin program desktop.
Kedua. Model ta nya adalah perbaikan metode (S2!). tidak diterima model penerapan (WHAT!?)
Ketiga. Tetap buat aplikasi.
Keempat. Mau lulus sidang? model ta nya perbaikan metode dan dibuatin aplikasi desktop?

Sekali lagi ini bukan keluhan saya. Saya tetap terus berjuang. semangat. Saya hanya sedikit pengen cerita aja buat penyemangat diri, bukan maksud lain, apalagi menjelek-jelekkan kampus sendiri. Justru saya mulai kagum dengan fakultas saya sendiri. Standarisasi kelulusan sudah tidak jauh beda dengan universitas lain seperti UI dan UGM.

“Cemungudh #tripcinTAnyaaaaa mastoooooom!”, teriakan bidadari dari langit.



0 komentar:

Posting Komentar