Sabtu, 17 Mei 2014

Filled Under:

#TripcinTA : Seminar Proposal Skripsi

00.26

Sepertinya saya merasa tak enak hati kalau perjalanan #tripcinta terbengkalai dalam ingatan saja dan rasa malas untuk menulisnya. Disela-sela kerja saya coba paksakan untuk mengingat kejadian-kejadian gak penting saat sidang proposal skripsi beberapa minggu yang lalu, tepatnya tanggal 11 april 2014.

Sebenarnya saya sempat malas untuk melanjutkan cerita #tripcinta ini, karena saya pikir menceritakan perjalanan sebuah tugas akhir adalah perbuatan yang lebay, dieja l-e-b-a-y. Terlalu berlebihan rasanya. Tapi saya coba kembalikan pada diri saya sendiri dan fungsi ngeblog menurut saya; yakni ketika saya menuliskan cerita kehidupan pribadi, saya akan masa bodo pada mereka yang baca, mau komentar lebay atau tidak saya akan balik ke masa bodo, yang terpenting saya menulis karena saya ingin meninggalkan jejak cerita masa muda kemudian bisa dibaca kembali sebagai dongeng kelak saat saya memasuki masa tua, right? (left aja keles)..

Okesip.

Sidang proposal atau lebih tepatnya seminar proposal, adalah fase awal saat akan menyusun sebuah tugas akhir. Didalam seminarnya kita harus memaparkan apa yang akan kita perbuat, mau ngapain dan hasilnya yang dicapai akan seperti apa; dalam proposalnya itu.

Seminar proposal juga bisa dikatakan sebagai ajang latihan sidang skripsi nanti, bedanya, jika seminar proposal adalah memaparkan konsep dan hal-hal yang akan didicapai, sedangkan sidang skripsi adalah memaparkan hasil penelitian.

Kalau kata dosen, saat sidang skripsi itu yang bisa membantu adalah diri kamu sendiri dan leptop, gak ada teman ataupun saudara, yang ada hanyalah musuh (penguji).
3-4 hari sebelum jadwal seminar keluar kita sudah ramai dulu di grup membahas siapa dan siapa yang akan menguji seminar proposal nanti, apakah akan mendapat dosen penguji yang baik hati atau akan mendapat dosen penguji yang punya misi ‘baik-baik ya, semoga kertas seminarnya gak disobek-sobek’.

Tunggu. ((Kita)) Siapa itu kita?

Jadi saya dan teman-teman saya, punya tim works skripsi, mereka terdiri dari teman-teman seangkatan yang semuanya juga sedang menyusun skripsi, jumlah anggota kita ada 11 orang,maksud kita buat tim works ini karena kita ingin berpadu satu melawan tugas akhir dan tentunya saling menyemangati, mengingatkan disaat nanti salah satu dari kita ada yang malas nyusun skripsi.

Ini adalah tim works kita, “Derai-derai Skripsi”

perhatikan setatus mereka... -__-

Lanjut. H-2 jadwal seminar dirilis kaprodi. Dan otomatis grup chat ramai dengan bermacam-macam pernyataan, “ah mateng, gue dapet dosen x”, “mending lu, gue dapet dosen y”, “asikan gue dong, dapet dosen X x Y = XY”. Macam-macam. Dan kebetulan saya dapet dosen pengujinya cukup asik ramah dan kritis.

Hari Seminar Proposal.

Saya pulang dari tempat kerja pukul 11 siang, sebelumnya saya sudah ijin ke boss perihal kegiatan-kegiatan skripsi selama satu semester ini, dan untungnya beliau cukup ngerti dengan posisi saya, beliau mempersilakan kapan saja saya boleh bolos asal bolosnya berkaitan dengan skripsi. Hazek. Tapi ada satu yang gak hazek-hazek. Boss gue susah suruh naikin gaji, pelit.

Menurut jadwal, seminar saya ada di gelombang 2 (hari kedua) aula 1 dan diurutan ke 4 dari 20 peserta, berarti saya harus datang tepat waktu biar gak terlambat. Pukul 13:30 saya sudah datang di aula 1, rupanya tim works juga sudah berkumpul menunggu giliran dipanggil, setelah menyapa tim works sambil senyam-senyum dan cekaka-cekiki (kode tim, biar gak grogi) saya langsung lihat sekitar aula 1 sampai 6, lebih dari seratus mahasiswa mengadu nasib. Mereka banyak tingkah, ada yang serius baca proposal, ada juga yang selfie-selfiean. Termasuk saya. Kemudian pandangan saya mulai mengerucut kedalam aula, tempat dimana mahasiswa-mahasiswa melakukan seminarnya, pertanyaan yang muncul pertama saya adalah “dimanakah dosen penguji yang killer itu?”, ternyata saya tak menemukannya, sudah lega dada ini, tapi saya masih penasaran jangan-jangan dosennya belum datang? Benar! Dosennya gak datang HAHA karena menurut beberapa sumber hari ini doi gak ada jadwal. Tertawa sipyessipyessipyes.
Langsung ke pointnya. Dosen penguji seminar saya adalah pak joko trianto, orangnya humoris, kritis dan berbadan besar, besar perutnya. Pak joko menerapkan system “borongan” saat menguji mahasiswanya, pengujian dibagi dua gelombang olehnya, pertama 10 orang dan kedua 10 orang. Saya kebagian gelombang kedua pukul 15:00. Ah jadi apalah arti saya urutan nomor 4 dan jam 11 saya sudah pulang kerja? Akurapopo.

Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya gelombang kedua dibuka. Saya dan 9 teman yang lain melangkahkan kaki ke dalam aula 1, disana pak joko sudah menunggu dengan mata yang tajam dan kerutan alis penuh tanya, (mungkin tanya-nya) seperti ini; skripsi apaan ini?! Buang ke sungai! Buat judul lagi! Kalian mau jadi apa kalau bahasan skripsinya seperti ini! *corat-coret proposal* JENG JEEEENG.

Saya terbangun dari lamunan saat salah satu teman menepuk lengan, “bro, duduk bro!”.  hhhh.. ternyata cuma halusinasi.

Kami duduk setengah lingkaran di depan meja pak joko, mirip seperti orang lagi diskusi. Untuk awalan sebelum disidang satu-satu kami di breafing terlebih dahulu tentang mental mahasiswa tingkat akhir, tentang bagaimana kiat menyusun skripsi, tentang perilaku dengan dosen pembimbing nanti, tentang sidang skripsi nanti, dan yang terakhir tentang aku dan kamu (tratakdes!).

Beberapa kali suasan cair dan pecah, karena pak joko sendiri tipikal orang humoris, jadi saat breafing, plesetan dan sindiran-sindiran kegalauan mahasiswa tingkat akhir sering bikin candaan pak joko.

Tapi suasana jadi tegang seketika saat seminar proposal dimulai, satu persatu mahasiswa disuruh memaparkan kegiatan penelitian apa saja yang akan dilakukan mahasiswa, didepan meja pak joko dan didengarkan oleh mahasiswa yang lain. Tanpa terkecuali saya juga jadi ikut gugup.

Saya baca ulang dan baca ulang lagi materi proposal saya, biar nanti kalo ditanya langsung bisa jawab. Karena kalau pak joko sudah serius dan kritis, judul proposal dicoret dan gak segan-segan menyiutkan nyali mahasiswa, walaupun beliau tidak berwenang menyuruh ganti judul karena kewenangan itu ada di tangan pembimbing.

Untungnya saya dapat giliran nomor terakhir, jadi beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan bisa saya persiapkan terlebih dahulu. Dan Alhamdulillah seminar saya lancer, hanya ada satu hal yang harus dikoreksi tapi tanpa harus mengganti judul dan mendapat intimidasi berat, padahal dibawah alam sadar saya sudah gak yakin bakal lancar karena menunggu lama diurutan terakhir membuat tangan saya saat seminar berlangsung megang perut kenceng-kenceng, menahan KEBELET PUP. ERRRRHHHH.

Jadi, terkadang, beberapa hal yang dipaksakan (nahan pup – misalnya) itu ada baik hasilnya. Hehe.

Pukul lima an sore kami keluar aula 1, meninggalkan seminar proposal dengan suasana hati yang berbeda-beda; ada yang lesu, ada yang biasa-biasa aja, ada yang bahagia, dan juga ada yang pengen cepet nemuin toilet!
treeband

boyband's


0 komentar:

Posting Komentar